Nabi Uzair As, Mati 100 TAHUN SERASA TIDUR SEMALAM
Allah SWT menjelaskan dalam Al Qur’an Surat ke 2 Al Baqoroh ayat 259 :
“Atau apakah (kamu tidak memperhatikan) orang yang melalui suatu negeri yang (temboknya) telah roboh menutupi atapnya. Dia berkata: “Bagaimana Allah menghidupkan kembali negeri ini setelah hancur?” Maka Allah mematikan orang itu seratus tahun, kemudian menghidupkannya kembali. Allah bertanya: “Berapa lama kamu tinggal di sini?” Ia menjawab: “Saya telah tinggal di sini sehari atau setengah hari”. Allah berfirman: “Sebenarnya kamu telah tinggal di sini seratus tahun lamanya; lihatlah kepada makanan dan minumanmu yang belum lagi berubah; dan lihatlah kepada keledai kamu (yang telah menjadi tulang belulang); Kami akan menjadikan kamu tanda kekuasaan Kami bagi manusia; dan lihatlah kepada tulang belulang keledai itu, kemudian Kami menyusunnya kembali, kemudian Kami membalutnya dengan daging”. Maka tatkala telah nyata kepadanya (bagaimana Allah menghidupkan yang telah mati) dia pun berkata: “Saya yakin bahwa Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu”. (QS Al Baqoroh 259).
Hadis Nabi SAW :
Hadis yang diriwayatkan oleh Abdulloh bin Abdurrohman bin Abu Bakar AsShidiq, di Kitab Nuril Akwan yang ditulis oleh Abi Hasan Al Bishri, Rasulullah SAW bersabda :
Man syahida anna ‘Uzair ‘abdullohir Rokhman, fatahalloohu abwaabal jannah wa ba’ada ‘anhu makayidas syaitooni wa hasyarohu ma’a ‘ibadir Rokhmaan (wa dzalikas syahadah ba’da syahadatillaah wa syahadati Rasuulih).
Artinya : Barang siapa bersaksi bahwa sesungguhnya Nabi Uzair itu adalah hamba Allooh yang maha pemurah, maka Alloh membukakan baginya pintu surga dan menjauhkannya dari rekayasa setan dan menyatukannya bersama hamba-hamba Alloh yang maha pemurah. (Syahadat ini dibaca setelah syahadat kepada Alloh dan RasulNya).
Kisah Nabi Uzair AS.
Nabi Uzair AS adalah seorang hamba Alloh yang hidup pada jaman antara Nabi Shaleh AS dan Nabi Ibrahim AS, yaitu sekitar 5000 sampai dengan 4000 tahun sebelum masa Nabi Isa AS.
Nabi Uzair AS adalah seorang Nabi dan Rasul utusan Allah SWT, satu diantara 313 Rasul utusan Alloh.
Dari segi bahasa, kata UZAIR berasal dari kata AZARO, yang artinya “mengkoreksi”, yaitu mengkoreksi kebenaran dengan kebenaran yang sebenarnya dan mengkoreksi kesalahan menjadi suatu kebenaran yang semestinya.
Suatu saat Nabi Uzair AS berjalan-jalan dengan keledainya, sehingga sampai ke suatu wilayah yang sunyi dan yang telah hancur semua bangunannya, yang sangat gersang dan tidak ada satupun tanamannnya yang hidup. Wilayah itu kira-kira berada di daerah Mesir yang berbatasan dengan negeri Palestina.
Beliau kemudian, turun dari keledainya dan bersujud kepada Alloh SWT, dengan berkata “Bagaimana Allah menghidupkan kembali negeri ini setelah hancur?.
Mendengar perkataan beliau itu, kemudian Alloh SWT menidurkan atau mematikan beliau dan memanggilnya untuk pindah ke alam batiniyyah selama 100 tahun. Dalam tidur/matinya itu, beliau berkumpul dengan para nabi terdahulu dan melalui beliau-beliau itu, Alloh SWT mengajarkan berbagai ilmu kepada beliau, terutama ilmu pengelolaan negara.
Setelah 100 tahun tertidur itu, Allah SWT membangunkan atau menghidupkan kembali beliau dengan jasadnya sebagaimana semula saat mulai tertidur. Kemudian Allah bertanya kepada beliau: “Berapa lama kamu tinggal di sini?” Beliau menjawab: “Saya telah tinggal di sini sehari atau setengah hari”. Allah berfirman: “Sebenarnya kamu telah tinggal di sini seratus tahun lamanya; lihatlah kepada makanan dan minumanmu yang belum lagi berobah; dan lihatlah kepada keledai kamu (yang telah menjadi tulang belulang); Kami akan menjadikan kamu tanda kekuasaan Kami bagi manusia; dan lihatlah kepada tulang belulang keledai itu, kemudian Kami menyusunnya kembali, kemudian Kami membalutnya dengan daging”. Maka tatkala telah nyata kepadanya (bagaimana Allah menghidupkan yang telah mati) beliau pun berkata: “Saya yakin bahwa Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu”. (QS 2 Al Baqoroh 259).
Setelah bangun/hidup kembalinya Nabi Uzair AS dari tidur/kematiannya itu, beliau mengelola wilayah itu, dari kehancuran, kegersangan, kesunyian tanpa kehidupan sampai menjadi suatu wilayah dengan masyarakat yang beriman kepada Aloh SWT yang aman dan sejahtera. Beliau mengelola wilayah itu selama 75 tahun. Tersebarlah keadaan beliau dan wilayah itu ke semua penjuru bumi hingga ke kerajaan Namrud (jaman sebelum kelahiran Nabi Ibrahin AS). Kemudian tentara kerajaan Namrud itu menyerang wilayah itu, sehingga akhirnya beliau dipindahkan dan diangkat oleh Alloh SWT ke alam batiniyyah, sebagaimana yang terjadi pada Nabi Isa AS.
Setelah kehilangan Nabi Uzair AS, rakyat di wilayah itu menjadi kebingungan karena tidak ada pengelola wilayah yang mampu meneruskan tata kelola wilayahnya sebaik Nabi Uzair AS. Maka datanglah sesosok setan yang berjasad manusia dan berkata kepada penduduk daerah itu, “Jika kamu sekalian menginginkan keadaan sejahtera lagi, maka buatlah patung Uzair, dan sembahlah dan mintalah kepada patung itu, karena Uzair adalah anak Alloh” (audzubillahi min dzalik), kata si setan (laknatulloh alaih) itu.
“Sesungguhnya syaitan itu hanya menyuruh kamu berbuat jahat dan keji, dan mengatakan terhadap Allah apa yang tidak kamu ketahui. Dan apabila dikatakan kepada mereka: “Ikutilah apa yang telah diturunkan Allah,” mereka menjawab: “(Tidak), tetapi kami hanya mengikuti apa yang telah kami dapati dari (perbuatan) nenek moyang kami”. “(Apakah mereka akan mengikuti juga), walaupun nenek moyang mereka itu tidak mengetahui suatu apa pun, dan tidak mendapat petunjuk?” (QS 2 Al Baqoroh 169-170).
Maka patung itu diwujudkan oleh Raja Namrud dan dijadikan sesembahan. Demikianlah jadinya Raja Namrud menyembah patung Uzair. Dan terjadilah kekosongan keimanan kepada Alloh SWT dan mendewakan patung Uzair sehingga Alloh SWT mengutus Nabi Ibrahin AS bin Tarih bin Azir untuk memperingatkan Raja Namrud dan penduduk kerajaannya.
“Yang mereka sembah selain Allah itu, tidak lain hanyalah berhala, dan (dengan menyembah berhala itu) mereka tidak lain hanyalah menyembah syaitan yang durhaka” (QS 4 An Nisa 117).
“Dan (ingatlah) di waktu Ibrahim berkata kepada bapaknya Aazar: “Pantaskah kamu menjadikan berhala-berhala sebagai tuhan-tuhan? Sesungguhnya aku melihat kamu dan kaummu dalam kesesatan yang nyata”. (QS 4 Al An’aam 74).
Kemusyrikan Orang-Orang Kafir Yahudi
Kebiasaan menyembah patung Uzair itu ditiru oleh orang-orang kafir musyrik Yahudi, sebagaimana firman Alloh SWT dalam Al Qur’an Surat At Taubah 30-31 :
“Orang-orang Yahudi berkata: “Uzair itu putra Allah” dan orang Nasrani berkata: “Al Masih itu putra Allah“. Demikian itulah ucapan mereka dengan mulut mereka, mereka meniru perkataan orang-orang kafir yang terdahulu. Dilaknati Allah-lah mereka; bagaimana mereka sampai berpaling?.”
“Mereka menjadikan rabbi-rabbi (orang-orang alimnya) dan rahib-rahib mereka sebagai tuhan selain Allah, dan (juga mereka mempertuhankan Uzair putra Imron dan) Al Masih putra Maryam; padahal mereka hanya disuruh menyembah Tuhan Yang Maha Esa; tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia. Maha Suci Allah dari apa yang mereka persekutukan.(QS 9 At Taubah 30-31).
Mereka menirunya karena setan juga berbisik atau berkata kepada para pemuka orang-orang kafir musyrik Yahudi sebagaimana setan berkata kepada orang-orang kafir yang terdahulu itu.
Orang-orang kafir musyrik Yahudi, melalui rabbi-rabbinya membuat-buat kisah Nabi Uzair itu, seakan-akan Nabi Uzair itu adalah dari golongan Bani Israel, sebagaimana kisah-kisah israiliyat yang sering terdengar oleh kalangan umat Islam. .
Disinyalir patung-patung Uzair itu diwujudkan oleh orang-orang kafir musyrik Yahudi, sampai saat ini, untuk dijadikan sesembahan dalam rangka memperoleh kekuasaan dan kekayaan duniawi dengan membolehkan segala cara. Melalui kemusyrikan itulah setan dengan mudah membantu orang-orang kafir musyrik Yahudi dalam menguasai dunia sampai saat ini.
Oleh karena itu setan akan sangat marah apabila kaum muslim yang beriman, mengatakan bantahan kemusyrikan orang-orang kafir musyrik Yahudi dengan kalimat bantahan :
Nabi Uzair adalah hamba Alloh dan hayatNya (Uzair ‘abdulloh wa hayatuh), dan karena setanpun sulit merekayasa kaum yang beriman itu.
Hal ini sesuai dengan Hadis Nabi SAW yang diriwayatkan oleh Abdulloh bin Abdurrohman bin Abu Bakar AsShidiq, di Kitab Nuril Akwan yang ditulis oleh Abi Hasan Al Bishri, Rasulullah SAW bersabda :
Man syahida anna ‘Uzair ‘abdullohir Rokhman, fatahalloohu abwaabal jannah wa ba’ada ‘anhu makayidas syaitooni wa hasyarohu ma’a ‘ibadir Rokhmaan (wa dzalikas syahadah ba’da syahadatillaah wa syahadati Rasuulih).
Artinya : Barang siapa bersaksi bahwa sesungguhnya Nabi Uzair itu adalah hamba Allooh yang maha pemurah, maka Alloh membukakan baginya pintu surga dan menjauhkannya dari rekayasa setan dan menyatukannya bersama hamba-hamba Alloh yang maha pemurah. (Syahadat ini dibaca setelah syahadat kepada Alloh dan RasulNya).
Kesimpulan :
Berdasarkan Al Qur’an Surat Al Baqoroh 259, At Taubah 30-31 dan Hadis Nabi SAW yang diriwayatkan oleh Abdulloh bin Abdurrohman, serta Hadis Nabi SAW yg diriwayatkan Ubadah bin Ash-Shamit r.a. berkata: Nabi saw. Bersabda: Siapa yang membaca asyadu anlaa ilahaillallah wahdahu laa syariika lahu wa anna Muhammadan ‘abduhu wa rasuluhu, wa anna Isa ‘abdullahi wa rasuluhu (wabnu amatihi) wa kalimatuhu alqaaha ila Maryam waruhun minhu, wal jannatu haq wannaru haq. (Aku percaya bahwa tiada Tuhan Selain Allah yang Esa dan tidak bersekutu, dan bahwa nabi Muhammad hamba Allah dan utusan-Nya, dan bahwa Isa juga hamba Allah dan utusan-Nya (putra dari hamba-Nya), dan kalimat Allah yang telah diturunkan kepada Maryam, juga Isa sebagai ruh yang diciptakan allah, dan surga itu haq(benar) juga neraka haq(benar), pasti Allah akan memasukkannya kedalam surga meskipun bagaimana amalnya).(Yakni jika dibaca dengan penuh iman keyakinan).
Maka seharusnyanya kaum yang beriman kepada Alloh Yang Maha Esa, selalu berdzikir dengan kalimat thoyyibah :
Asyhadu an laa ilaa ha ilallooh, wahdahu laa syariikalah, wa asyhadu anna Muhammadur Rasululloh, al khotimu anbiya wa laa nabiya ba’da, wa anna Uzair anna ‘Uzair ‘abdulloohir Rokhman, wa anna ‘Isa abdulloh wa rosuuluh, wa anna Ummu Maryam amatulloh, hiya laisat bishohibah.
Kalimah thoyyibah ini akan memperkuat keimanan dan menjadikan benteng terhadap segala fitnah, makar, gangguan atau rekayasa setan yang terkutuk, terutama sekali pada saat menghadapi sakaratul maut
Disadur dari kisah lain : Sumber: https://almanhaj.or.id/5807-siapakah-uzair-yang-dijuluki-anak-allah.html
Ustadz Said Yai Ardiansyah
وَقَالَتِ الْيَهُودُ عُزَيْرٌ ابْنُ اللَّهِ وَقَالَتِ النَّصَارَى الْمَسِيحُ ابْنُ اللَّهِ ۖ ذَٰلِكَ قَوْلُهُمْ بِأَفْوَاهِهِمْ ۖ يُضَاهِئُونَ قَوْلَ الَّذِينَ كَفَرُوا مِنْ قَبْلُ ۚ قَاتَلَهُمُ اللَّهُ ۚ أَنَّىٰ يُؤْفَكُونَ﴿٣٠﴾اتَّخَذُوا أَحْبَارَهُمْ وَرُهْبَانَهُمْ أَرْبَابًا مِنْ دُونِ اللَّهِ وَالْمَسِيحَ ابْنَ مَرْيَمَ وَمَا أُمِرُوا إِلَّا لِيَعْبُدُوا إِلَٰهًا وَاحِدًا ۖ لَا إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ ۚ سُبْحَانَهُ عَمَّا يُشْرِكُونَ
Dan orang-orang Yahudi berkata, “Uzair adalah putera Allâh,” dan orang-orang Nasrani berkata, “al-Masîh adalah putera Allâh”. Demikian itulah ucapan mereka dengan mulut mereka. Mereka meniru perkataan orang-orang kafir yang terdahulu. Allâh memerangi (melaknat) mereka. Bagaimana mereka sampai berpaling? (31) Mereka menjadikan orang-orang alim mereka dan rahib-rahib mereka sebagai tuhan selain Allâh dan (juga mereka mempertuhankan) al-Masih putera Maryam. Padahal mereka hanya disuruh beribadah kepada Tuhan Yang Esa. Tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia. Maha Suci Allâh dari apa yang mereka persekutukan.” [At-Taubah/9: 30 – 31]
RINGKASAN TAFSIR
– Dan orang-orang Yahudi berkata, “Uzair adalah putera Allâh.” Dia adalah seseorang yang Allâh Azza wa Jalla matikan selama seratus tahun kemudian Allâh Azza wa Jalla bangkitkan lagi. Orang-orang Yahudi menyebutnya dengan ‘Izrâ.
– Dan orang-orang Nasrani berkata, “Al-Masîh adalah putera Allâh.” Dia adalah Nabi ‘Isa bin Maryam Alaihissallam atau Yesus bin Maria Alaihissallam. Mereka menyatakan bahwa Allâh Azza wa Jalla memiliki anak. Maha Suci Allâh Azza wa Jalla dari apa yang mereka katakan. Ini adalah perkataan yang mengandung pengingkaran terhadap kemulian dan kesempurnaan Allâh Azza wa Jalla .
– Demikian itulah ucapan mereka dengan mulut mereka. Mereka meniru perkataan orang-orang kafir yang terdahulu, yaitu orang tua-orang tua dan nenek moyang mereka.
– Allâh memerangi (melaknat) mereka karena kekufuran mereka.
– Bagaimana mereka sampai berpaling dari kebenaran, Bukankah ini adalah suatu yang sangat aneh?
– Mereka menjadikan orang-orang alim mereka dan rahib-rahib mereka, yaitu mereka menjadikan orang-orang alim (habr di dalam bahasa Arab), yaitu orang yang berilmu di kalangan orang-orang Yahudi dan rahib-rahib mereka, yaitu orang-orang yang rajin beribadah di kalangan orang-orang Nasrani (Kristen),
– Sebagai tuhan selain Allâh dengan membuat syariat baru, dengan mengatakan bahwa ini halal dan ini haram, padahal tidak demikian. Mengikuti penghalalan dan pengharaman mereka termasuk bentuk kesyirikan dan kekufuran.
عَنْ عَدِىِّ بْنِ حَاتِمٍ قَالَ أَتَيْتُ النَّبِىَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَفِى عُنُقِى صَلِيبٌ مِنْ ذَهَبٍ. فَقَالَ : يَا عَدِىُّ اطْرَحْ عَنْكَ هَذَا الْوَثَنَ. وَسَمِعْتُهُ يَقْرَأُ فِى سُورَةِ بَرَاءَةَ : اتَّخَذُوا أَحْبَارَهُمْ وَرُهْبَانَهُمْ أَرْبَابًا مِنْ دُونِ اللَّهِ. قَالَ: أَمَا إِنَّهُمْ لَمْ يَكُونُوا يَعْبُدُونَهُمْ وَلَكِنَّهُمْ كَانُوا إِذَا أَحَلُّوا لَهُمْ شَيْئًا اسْتَحَلُّوهُ وَإِذَا حَرَّمُوا عَلَيْهِمْ شَيْئًا حَرَّمُوهُ
Diriwayatkan dari ‘Adi bin Hâtim Radhiyallahu anhu, dia berkata, “Saya mendatangi Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam sementara di leherku ada salib yang terbuat dari emas. Beliau pun berkata, ‘Ya ‘Adi! Buanglah patung ini dari dirimu!’ Saya mendengar Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam membaca surat Barâ-ah (at-Taubat, yang artinya) : Mereka menjadikan orang-orang alimnya dan rahib-rahib mereka sebagai tuhan selain Allâh. Beliau pun berkata, “Sesungguhnya mereka tidak menyembah mereka, akan tetapi, jika mereka menghalalkan sesuatu maka para pengikutnya pun menghalalkannya. Apabila mereka mengharamkan sesuatu, maka para pengikutnya pun mengharamkannya.’.”[1]
– Dan (juga mereka mempertuhankan) al-Masîh putera Maryam. Tidak hanya menganggap bahwa Nabi ‘Isa (Yesus) sebagai anak Allâh, tetapi mereka juga menganggap bahwa Nabi ‘Isa Alaihissallam adalah Tuhan.
– Padahal mereka hanya disuruh beribadah kepada Tuhan Yang Esa. Tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia. Maha Suci Allâh dari apa yang mereka persekutukan.” [2]
Siapakah ‘Uzair Yang Dikatakan Oleh Orang-orang Yahudi Bahwa Dia Adalah Anak Allâh?
Pada ayat pertama di atas disebutkan bahwa orang-orang Yahudi mengatakan bahwa ‘Uzair adalah anak Allâh. Siapakah dia? Bagaimana kisahnya? Bagaimana mungkin dia bisa disebut sebagai anak Allâh? Insya Allâh penulis paparkan pada tulisan ini.
NAMA ‘UZAIR
Namanya adalah ‘Uzair (عُزَيْر), tetapi para Ulama sejarah berselisih pendapat siapa nama bapak beliau. Ada yang mengatakan: Jarwah, Sûrîq, Sarâyâ atau Sarûkh. Beliau berasal dari keturunan al-Lâwiyin. Beliau adalah keturunan Bani Israil.
Orang-orang Yahudi menyebutnya dengan nama ‘Izrâ (عزرا). Adapun penduduk Yahudi Madinah menyebutnya dengan ‘Uzair, karena penyebutan seperti itu lebih menunjukkan kecintaan mereka dalam penyebutan namanya atau penyebutan tersebut hanya penyerupaan dalam bahasa Arab.[3]
APAKAH BELIAU SEORANG NABI?
Ibnu ‘Abbâs Radhiyallahu anhuma mengatakan, “Saya tidak tahu apakah dia adalah seorang nabi atau bukan.”
Ibnu Katsîr rahimahullah mengatakan, “Yang masyhur, ‘Uzair adalah seorang Nabi dari Nabi-nabi Bani Israil. Beliau hidup di antara zaman Dawûd-Sulaimân dan zaman Zakariyâ-Yahyâ.”[4]
Allahu a’lam, dari kisah beliau yang akan disebutkan, keistimewaan yang dimiliki oleh ‘Uzair tidak mungkin hanya dimiliki oleh seorang shâlih biasa. Dan terdapat kabar yang masyhur dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam menyebutkan bahwa Bani Israil dipimpin oleh seorang Nabi di setiap zamannya. Ketika meninggal seorang Nabi, maka akan digantikan dengan Nabi yang lain.
إِنَّ بَنِي إِسْرَائِيلَ كَانَتْ تَسُوسُهُمْ أَنْبِيَاؤُهُمْ ، كُلَّمَا ذَهَبَ نَبِيٌّ خَلَفَ نَبِيٌّ
Sesungguhnya Bani Israil dulu dipimpin oleh para Nabi. Jika satu nabi meninggal, maka digantikan dengan nabi yang lain.[5]
KEISTIMEWAAN ‘UZAIR
Beliau hafal seluruh isi Taurat dimana pada saat itu tidak ada seorang pun yang menghafalnya. Beliau mengajarkannya kepada Bani Israil dan membimbing mereka dengan Taurat.
KAPAN BELIAU HIDUP DAN DIMANA?
Beliau hidup diperkirakan sekitar tahun 451 SM. Pada saat itu, Kursy (كورش) Raja Persia yang berada di Bâbil membebaskan para tawanan dari Bani Israil. Di antara tawanan tersebut adalah ‘Uzair.
Beliau diizinkan untuk kembali ke Yerusalem dan membangun Haikal (rumah ibadah orang Yahudi).[6]
KEHERANAN BANI ISRAIL TERHADAP ‘UZAIR
Ada banyak versi yang disebutkan Ulama tafsir dan sejarah tentang sejarah ‘Uzair menuliskan atau mendiktekan Taurat kepada Bani Israil dan bagaimana beliau bisa melakukan hal tersebut. Perbedaan ini terjadi karena tidak validnya sumber yang didapatkan dari kabar-kabar Bani Israil. Mereka menukil cerita tanpa sanad (jalur periwayatan). Berikut ini adalah beberapa versi tentang hal tersebut:
Versi 1: Dulu Ayah ‘Uzair yang bernama Sarûkh, telah mengubur Taurat di zaman penyerangan Bukhtu Nashshar di suatu tempat yang tidak diketahui oleh seorang pun kecuali ‘Uzair. Mereka dan ‘Uzair pun pergi ke tempat tersebut, kemudian mengeluarkan Taurat. Ternyata, Taurat tersebut rusak dan tidak bisa dibaca lagi. Kemudian mereka pun duduk di bawah pohon, kemudian mereka menulis ulang Taurat. Dan turunlah dari langit dua kilatan dan masuk ke dalam mulut ‘Uzair. Kemudian beliau pun mengingat Taurat dan memperbarui tulisannya Taurat. [7]
Versi 2: Ibnu ‘Abbâs Radhiyallahun anhuma berkata, “… Kemudian ‘Uzair berdoa kepada Allâh Azza wa Jalla dan bersungguh-sungguh dalam berdoa agar Allâh Azza wa Jalla mengembalikan hafalan yang telah dihilangkan dari dada-dada mereka. Ketika beliau shalat dengan khusyu’ kepada Allâh Azza wa Jalla , turunlah cahaya dari langit kemudian masuk ke dalam mulutnya. Kemudian Taurat kembali kepada beliau. Lalu beliau mengumumkan kepada kaumnya dan berkata, ‘Wahai kaumku! Sesungguhnya Allâh telah memberikan kepadaku Taurat dan telah mengembalikannya kepadaku… Kemudian mereka pun seperti itu sampai waktu yang dikehendaki Allâh Azza wa Jalla . Kemudian Tâbût diturunkan setelah beliau wafat. Ketika mereka melihat Tâbût dan ternyata Taurat yang diajarkan oleh ‘Uzair seperti yang tertera di dalam Tâbût tersebut.[8]
Versi 3: Uzair bertemu dengan seorang yang tua. Kemudian orang tua tersebut mengatakan, “Bukalah mulutmu!” Lalu orang tua tersebut melemparkan ke dalam mulutnya sesuatu seperti batu sebanyak tiga kali. ‘Uzair kembali kepada kaummnya dan dia menjadi orang yang paling berilmu tentang Taurat… Kemudian ‘Uzair menuliskan Taurat dengan tangannya. Ketika Bani Israil kembali dari peperangan dan para Ulama Bani Israil pun kembali, mereka pun menceritakan tentang ‘Uzair. Mereka pun mengeluarkan buku yang mereka simpan di gunung. Kemudian mereka membandingkannya. Ternyata yang mereka dapatkan adalah benar.[9]
Dan masih ada beberapa versi lainnya, akan tetapi, secara keseluruhan, dapat ditarik kesimpulan bahwa ‘Uzair memang dulunya adalah seorang penghafal Taurat. Setelah beliau diwafatkan kemudian dihidupkan kembali, beliau tidak mengingat seluruhnya, kemudian beliau meminta kepada Allâh agar hafalannya dikembalikan oleh Allâh Azza wa Jalla . Allâh Azza wa Jalla mengabulkan permohonannya dan mengembalikan hafalannya. Kemudian ditulislah Taurat dengan hafalan ‘Uzair. Setelah itu terjadi pembandingan hafalan ‘Uzair dengan kitab Taurat dan ternyata hafalan ‘Uzair sama persis dengan yang terdapat pada Taurat.
MENGAPA BELIAU DISEBUT SEBAGAI ANAK ALLAH?
Dengan berlalunya waktu, sebagian orang awam Yahudi terheran-heran dengan kisah ‘Uzair, bagaimana mungkin beliau dihidupkan setelah wafat selama 100 tahun dan bagaimana bisa dia menghafal seluruh isi Taurat tanpa salah sedikit pun. Nabi Musa pun tidak memiliki kemampuan seperti itu. Nabi Musa hanya diberikan Taurat yang telah ditulis dalam sebuah kitab dan mengajarkannya.
Mereka menyangka ini tidak mungkin terjadi jika ‘Uzair hanyalah sekedar seorang Nabi. Oleh karena itu, mereka mengatakan bahwa ‘Uzair adalah anak Allâh.
Sebenarnya tidak semua orang Yahudi menyatakan bahwa beliau adalah anak Allâh. Hanya sebagian aliran Yahudi saja yang mengatakannya. Akan tetapi, dikabarkan pada ayat ini seolah-olah ini adalah akidah Yahudi. Allâh Azza wa Jalla memutlakkan mereka dalam ayat ini karena aliran yang tidak mengatakan bahwa ‘Uzair adalah anak Allâh, berdiam diri dan tidak mengingkari hal tersebut.[10]
KESESATAN ORANG-ORANG YAHUDI DALAM MASALAH INI
Tentu saja akidah yang mengatakan bahwa Allâh Azza wa Jalla memiliki anak adalah akidah yang sangat sesat. Begitu pula akidah yang mengatakan bahwa semua agama sama.
Allâh Azza wa Jalla sendiri menyatakan dalam al-Qur’an bahwa Allâh tidak memiliki anak. Allâh Azza wa Jalla berfirman:
لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُولَدْ
Allâh tidak beranak dan tidak diperanakkan [Al-Ikhlâsh/112:3]
Allâh Azza wa Jalla sangat marah kepada orang-orang yang mengatakan bahwa Allâh Azza wa Jalla memiliki anak. Allâh Azza wa Jalla berfirman:
وَقَالُوا اتَّخَذَ الرَّحْمَٰنُ وَلَدًا ﴿٨٨﴾ لَقَدْ جِئْتُمْ شَيْئًا إِدًّا ﴿٨٩﴾ تَكَادُ السَّمَاوَاتُ يَتَفَطَّرْنَ مِنْهُ وَتَنْشَقُّ الْأَرْضُ وَتَخِرُّ الْجِبَالُ هَدًّا ﴿٩٠﴾ أَنْ دَعَوْا لِلرَّحْمَٰنِ وَلَدً ﴿٩١﴾ا وَمَا يَنْبَغِي لِلرَّحْمَٰنِ أَنْ يَتَّخِذَ وَلَدًا ﴿٩٢﴾ إِنْ كُلُّ مَنْ فِي السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ إِلَّا آتِي الرَّحْمَٰنِ عَبْدًا ﴿٩٣﴾ لَقَدْ أَحْصَاهُمْ وَعَدَّهُمْ عَدًّا ﴿٩٤﴾ وَكُلُّهُمْ آتِيهِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ فَرْدًا
Dan mereka berkata, “Tuhan yang Maha Pemurah mengambil (mempunyai) anak.” Sesungguhnya kalian telah mendatangkan sesuatu perkara yang sangat mungkar. Hampir-hampir langit pecah karena ucapan itu, bumi belah dan gunung-gunung runtuh. Karena mereka mendakwakan bahwa Allâh yang Maha Pemurah mempunyai anak. Dan tidak layak bagi Rabb yang Maha Pemurah mengambil (mempunyai) anak. Tidak ada seorang pun di langit dan di bumi, kecuali akan datang kepada Rabb yang Maha Pemurah sebagai seorang hamba. Sesungguhnya Allâh telah menentukan jumlah mereka dan menghitung mereka dengan hitungan yang teliti. Dan tiap-tiap mereka akan datang kepada Allâh pada hari kiamat dengan sendiri-sendiri. [Maryam/19:88-95]
Demikianlah beberapa penjelasan ringkas tentang ‘Uzair. Mudah-mudahan kita bisa menjadikannya sebagai pelajaran, sehingga kita tidak tersesat seperti Yahudi dan Nashrani.
“Atau apakah (kamu tidak memperhatikan) orang yang melalui suatu negeri yang (temboknya) telah roboh menutupi atapnya. Dia berkata: “Bagaimana Allah menghidupkan kembali negeri ini setelah hancur?” Maka Allah mematikan orang itu seratus tahun, kemudian menghidupkannya kembali. Allah bertanya: “Berapa lama kamu tinggal di sini?” Ia menjawab: “Saya telah tinggal di sini sehari atau setengah hari”. Allah berfirman: “Sebenarnya kamu telah tinggal di sini seratus tahun lamanya; lihatlah kepada makanan dan minumanmu yang belum lagi berubah; dan lihatlah kepada keledai kamu (yang telah menjadi tulang belulang); Kami akan menjadikan kamu tanda kekuasaan Kami bagi manusia; dan lihatlah kepada tulang belulang keledai itu, kemudian Kami menyusunnya kembali, kemudian Kami membalutnya dengan daging”. Maka tatkala telah nyata kepadanya (bagaimana Allah menghidupkan yang telah mati) dia pun berkata: “Saya yakin bahwa Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu”. (QS Al Baqoroh 259).
Hadis Nabi SAW :
Hadis yang diriwayatkan oleh Abdulloh bin Abdurrohman bin Abu Bakar AsShidiq, di Kitab Nuril Akwan yang ditulis oleh Abi Hasan Al Bishri, Rasulullah SAW bersabda :
Man syahida anna ‘Uzair ‘abdullohir Rokhman, fatahalloohu abwaabal jannah wa ba’ada ‘anhu makayidas syaitooni wa hasyarohu ma’a ‘ibadir Rokhmaan (wa dzalikas syahadah ba’da syahadatillaah wa syahadati Rasuulih).
Artinya : Barang siapa bersaksi bahwa sesungguhnya Nabi Uzair itu adalah hamba Allooh yang maha pemurah, maka Alloh membukakan baginya pintu surga dan menjauhkannya dari rekayasa setan dan menyatukannya bersama hamba-hamba Alloh yang maha pemurah. (Syahadat ini dibaca setelah syahadat kepada Alloh dan RasulNya).
Kisah Nabi Uzair AS.
Nabi Uzair AS adalah seorang hamba Alloh yang hidup pada jaman antara Nabi Shaleh AS dan Nabi Ibrahim AS, yaitu sekitar 5000 sampai dengan 4000 tahun sebelum masa Nabi Isa AS.
Nabi Uzair AS adalah seorang Nabi dan Rasul utusan Allah SWT, satu diantara 313 Rasul utusan Alloh.
Dari segi bahasa, kata UZAIR berasal dari kata AZARO, yang artinya “mengkoreksi”, yaitu mengkoreksi kebenaran dengan kebenaran yang sebenarnya dan mengkoreksi kesalahan menjadi suatu kebenaran yang semestinya.
Suatu saat Nabi Uzair AS berjalan-jalan dengan keledainya, sehingga sampai ke suatu wilayah yang sunyi dan yang telah hancur semua bangunannya, yang sangat gersang dan tidak ada satupun tanamannnya yang hidup. Wilayah itu kira-kira berada di daerah Mesir yang berbatasan dengan negeri Palestina.
Beliau kemudian, turun dari keledainya dan bersujud kepada Alloh SWT, dengan berkata “Bagaimana Allah menghidupkan kembali negeri ini setelah hancur?.
Mendengar perkataan beliau itu, kemudian Alloh SWT menidurkan atau mematikan beliau dan memanggilnya untuk pindah ke alam batiniyyah selama 100 tahun. Dalam tidur/matinya itu, beliau berkumpul dengan para nabi terdahulu dan melalui beliau-beliau itu, Alloh SWT mengajarkan berbagai ilmu kepada beliau, terutama ilmu pengelolaan negara.
Setelah 100 tahun tertidur itu, Allah SWT membangunkan atau menghidupkan kembali beliau dengan jasadnya sebagaimana semula saat mulai tertidur. Kemudian Allah bertanya kepada beliau: “Berapa lama kamu tinggal di sini?” Beliau menjawab: “Saya telah tinggal di sini sehari atau setengah hari”. Allah berfirman: “Sebenarnya kamu telah tinggal di sini seratus tahun lamanya; lihatlah kepada makanan dan minumanmu yang belum lagi berobah; dan lihatlah kepada keledai kamu (yang telah menjadi tulang belulang); Kami akan menjadikan kamu tanda kekuasaan Kami bagi manusia; dan lihatlah kepada tulang belulang keledai itu, kemudian Kami menyusunnya kembali, kemudian Kami membalutnya dengan daging”. Maka tatkala telah nyata kepadanya (bagaimana Allah menghidupkan yang telah mati) beliau pun berkata: “Saya yakin bahwa Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu”. (QS 2 Al Baqoroh 259).
Setelah bangun/hidup kembalinya Nabi Uzair AS dari tidur/kematiannya itu, beliau mengelola wilayah itu, dari kehancuran, kegersangan, kesunyian tanpa kehidupan sampai menjadi suatu wilayah dengan masyarakat yang beriman kepada Aloh SWT yang aman dan sejahtera. Beliau mengelola wilayah itu selama 75 tahun. Tersebarlah keadaan beliau dan wilayah itu ke semua penjuru bumi hingga ke kerajaan Namrud (jaman sebelum kelahiran Nabi Ibrahin AS). Kemudian tentara kerajaan Namrud itu menyerang wilayah itu, sehingga akhirnya beliau dipindahkan dan diangkat oleh Alloh SWT ke alam batiniyyah, sebagaimana yang terjadi pada Nabi Isa AS.
Setelah kehilangan Nabi Uzair AS, rakyat di wilayah itu menjadi kebingungan karena tidak ada pengelola wilayah yang mampu meneruskan tata kelola wilayahnya sebaik Nabi Uzair AS. Maka datanglah sesosok setan yang berjasad manusia dan berkata kepada penduduk daerah itu, “Jika kamu sekalian menginginkan keadaan sejahtera lagi, maka buatlah patung Uzair, dan sembahlah dan mintalah kepada patung itu, karena Uzair adalah anak Alloh” (audzubillahi min dzalik), kata si setan (laknatulloh alaih) itu.
“Sesungguhnya syaitan itu hanya menyuruh kamu berbuat jahat dan keji, dan mengatakan terhadap Allah apa yang tidak kamu ketahui. Dan apabila dikatakan kepada mereka: “Ikutilah apa yang telah diturunkan Allah,” mereka menjawab: “(Tidak), tetapi kami hanya mengikuti apa yang telah kami dapati dari (perbuatan) nenek moyang kami”. “(Apakah mereka akan mengikuti juga), walaupun nenek moyang mereka itu tidak mengetahui suatu apa pun, dan tidak mendapat petunjuk?” (QS 2 Al Baqoroh 169-170).
Maka patung itu diwujudkan oleh Raja Namrud dan dijadikan sesembahan. Demikianlah jadinya Raja Namrud menyembah patung Uzair. Dan terjadilah kekosongan keimanan kepada Alloh SWT dan mendewakan patung Uzair sehingga Alloh SWT mengutus Nabi Ibrahin AS bin Tarih bin Azir untuk memperingatkan Raja Namrud dan penduduk kerajaannya.
“Yang mereka sembah selain Allah itu, tidak lain hanyalah berhala, dan (dengan menyembah berhala itu) mereka tidak lain hanyalah menyembah syaitan yang durhaka” (QS 4 An Nisa 117).
“Dan (ingatlah) di waktu Ibrahim berkata kepada bapaknya Aazar: “Pantaskah kamu menjadikan berhala-berhala sebagai tuhan-tuhan? Sesungguhnya aku melihat kamu dan kaummu dalam kesesatan yang nyata”. (QS 4 Al An’aam 74).
Kemusyrikan Orang-Orang Kafir Yahudi
Kebiasaan menyembah patung Uzair itu ditiru oleh orang-orang kafir musyrik Yahudi, sebagaimana firman Alloh SWT dalam Al Qur’an Surat At Taubah 30-31 :
“Orang-orang Yahudi berkata: “Uzair itu putra Allah” dan orang Nasrani berkata: “Al Masih itu putra Allah“. Demikian itulah ucapan mereka dengan mulut mereka, mereka meniru perkataan orang-orang kafir yang terdahulu. Dilaknati Allah-lah mereka; bagaimana mereka sampai berpaling?.”
“Mereka menjadikan rabbi-rabbi (orang-orang alimnya) dan rahib-rahib mereka sebagai tuhan selain Allah, dan (juga mereka mempertuhankan Uzair putra Imron dan) Al Masih putra Maryam; padahal mereka hanya disuruh menyembah Tuhan Yang Maha Esa; tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia. Maha Suci Allah dari apa yang mereka persekutukan.(QS 9 At Taubah 30-31).
Mereka menirunya karena setan juga berbisik atau berkata kepada para pemuka orang-orang kafir musyrik Yahudi sebagaimana setan berkata kepada orang-orang kafir yang terdahulu itu.
Orang-orang kafir musyrik Yahudi, melalui rabbi-rabbinya membuat-buat kisah Nabi Uzair itu, seakan-akan Nabi Uzair itu adalah dari golongan Bani Israel, sebagaimana kisah-kisah israiliyat yang sering terdengar oleh kalangan umat Islam. .
Disinyalir patung-patung Uzair itu diwujudkan oleh orang-orang kafir musyrik Yahudi, sampai saat ini, untuk dijadikan sesembahan dalam rangka memperoleh kekuasaan dan kekayaan duniawi dengan membolehkan segala cara. Melalui kemusyrikan itulah setan dengan mudah membantu orang-orang kafir musyrik Yahudi dalam menguasai dunia sampai saat ini.
Oleh karena itu setan akan sangat marah apabila kaum muslim yang beriman, mengatakan bantahan kemusyrikan orang-orang kafir musyrik Yahudi dengan kalimat bantahan :
Nabi Uzair adalah hamba Alloh dan hayatNya (Uzair ‘abdulloh wa hayatuh), dan karena setanpun sulit merekayasa kaum yang beriman itu.
Hal ini sesuai dengan Hadis Nabi SAW yang diriwayatkan oleh Abdulloh bin Abdurrohman bin Abu Bakar AsShidiq, di Kitab Nuril Akwan yang ditulis oleh Abi Hasan Al Bishri, Rasulullah SAW bersabda :
Man syahida anna ‘Uzair ‘abdullohir Rokhman, fatahalloohu abwaabal jannah wa ba’ada ‘anhu makayidas syaitooni wa hasyarohu ma’a ‘ibadir Rokhmaan (wa dzalikas syahadah ba’da syahadatillaah wa syahadati Rasuulih).
Artinya : Barang siapa bersaksi bahwa sesungguhnya Nabi Uzair itu adalah hamba Allooh yang maha pemurah, maka Alloh membukakan baginya pintu surga dan menjauhkannya dari rekayasa setan dan menyatukannya bersama hamba-hamba Alloh yang maha pemurah. (Syahadat ini dibaca setelah syahadat kepada Alloh dan RasulNya).
Kesimpulan :
Berdasarkan Al Qur’an Surat Al Baqoroh 259, At Taubah 30-31 dan Hadis Nabi SAW yang diriwayatkan oleh Abdulloh bin Abdurrohman, serta Hadis Nabi SAW yg diriwayatkan Ubadah bin Ash-Shamit r.a. berkata: Nabi saw. Bersabda: Siapa yang membaca asyadu anlaa ilahaillallah wahdahu laa syariika lahu wa anna Muhammadan ‘abduhu wa rasuluhu, wa anna Isa ‘abdullahi wa rasuluhu (wabnu amatihi) wa kalimatuhu alqaaha ila Maryam waruhun minhu, wal jannatu haq wannaru haq. (Aku percaya bahwa tiada Tuhan Selain Allah yang Esa dan tidak bersekutu, dan bahwa nabi Muhammad hamba Allah dan utusan-Nya, dan bahwa Isa juga hamba Allah dan utusan-Nya (putra dari hamba-Nya), dan kalimat Allah yang telah diturunkan kepada Maryam, juga Isa sebagai ruh yang diciptakan allah, dan surga itu haq(benar) juga neraka haq(benar), pasti Allah akan memasukkannya kedalam surga meskipun bagaimana amalnya).(Yakni jika dibaca dengan penuh iman keyakinan).
Maka seharusnyanya kaum yang beriman kepada Alloh Yang Maha Esa, selalu berdzikir dengan kalimat thoyyibah :
Asyhadu an laa ilaa ha ilallooh, wahdahu laa syariikalah, wa asyhadu anna Muhammadur Rasululloh, al khotimu anbiya wa laa nabiya ba’da, wa anna Uzair anna ‘Uzair ‘abdulloohir Rokhman, wa anna ‘Isa abdulloh wa rosuuluh, wa anna Ummu Maryam amatulloh, hiya laisat bishohibah.
Kalimah thoyyibah ini akan memperkuat keimanan dan menjadikan benteng terhadap segala fitnah, makar, gangguan atau rekayasa setan yang terkutuk, terutama sekali pada saat menghadapi sakaratul maut
Disadur dari kisah lain : Sumber: https://almanhaj.or.id/5807-siapakah-uzair-yang-dijuluki-anak-allah.html
Ustadz Said Yai Ardiansyah
وَقَالَتِ الْيَهُودُ عُزَيْرٌ ابْنُ اللَّهِ وَقَالَتِ النَّصَارَى الْمَسِيحُ ابْنُ اللَّهِ ۖ ذَٰلِكَ قَوْلُهُمْ بِأَفْوَاهِهِمْ ۖ يُضَاهِئُونَ قَوْلَ الَّذِينَ كَفَرُوا مِنْ قَبْلُ ۚ قَاتَلَهُمُ اللَّهُ ۚ أَنَّىٰ يُؤْفَكُونَ﴿٣٠﴾اتَّخَذُوا أَحْبَارَهُمْ وَرُهْبَانَهُمْ أَرْبَابًا مِنْ دُونِ اللَّهِ وَالْمَسِيحَ ابْنَ مَرْيَمَ وَمَا أُمِرُوا إِلَّا لِيَعْبُدُوا إِلَٰهًا وَاحِدًا ۖ لَا إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ ۚ سُبْحَانَهُ عَمَّا يُشْرِكُونَ
Dan orang-orang Yahudi berkata, “Uzair adalah putera Allâh,” dan orang-orang Nasrani berkata, “al-Masîh adalah putera Allâh”. Demikian itulah ucapan mereka dengan mulut mereka. Mereka meniru perkataan orang-orang kafir yang terdahulu. Allâh memerangi (melaknat) mereka. Bagaimana mereka sampai berpaling? (31) Mereka menjadikan orang-orang alim mereka dan rahib-rahib mereka sebagai tuhan selain Allâh dan (juga mereka mempertuhankan) al-Masih putera Maryam. Padahal mereka hanya disuruh beribadah kepada Tuhan Yang Esa. Tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia. Maha Suci Allâh dari apa yang mereka persekutukan.” [At-Taubah/9: 30 – 31]
RINGKASAN TAFSIR
– Dan orang-orang Yahudi berkata, “Uzair adalah putera Allâh.” Dia adalah seseorang yang Allâh Azza wa Jalla matikan selama seratus tahun kemudian Allâh Azza wa Jalla bangkitkan lagi. Orang-orang Yahudi menyebutnya dengan ‘Izrâ.
– Dan orang-orang Nasrani berkata, “Al-Masîh adalah putera Allâh.” Dia adalah Nabi ‘Isa bin Maryam Alaihissallam atau Yesus bin Maria Alaihissallam. Mereka menyatakan bahwa Allâh Azza wa Jalla memiliki anak. Maha Suci Allâh Azza wa Jalla dari apa yang mereka katakan. Ini adalah perkataan yang mengandung pengingkaran terhadap kemulian dan kesempurnaan Allâh Azza wa Jalla .
– Demikian itulah ucapan mereka dengan mulut mereka. Mereka meniru perkataan orang-orang kafir yang terdahulu, yaitu orang tua-orang tua dan nenek moyang mereka.
– Allâh memerangi (melaknat) mereka karena kekufuran mereka.
– Bagaimana mereka sampai berpaling dari kebenaran, Bukankah ini adalah suatu yang sangat aneh?
– Mereka menjadikan orang-orang alim mereka dan rahib-rahib mereka, yaitu mereka menjadikan orang-orang alim (habr di dalam bahasa Arab), yaitu orang yang berilmu di kalangan orang-orang Yahudi dan rahib-rahib mereka, yaitu orang-orang yang rajin beribadah di kalangan orang-orang Nasrani (Kristen),
– Sebagai tuhan selain Allâh dengan membuat syariat baru, dengan mengatakan bahwa ini halal dan ini haram, padahal tidak demikian. Mengikuti penghalalan dan pengharaman mereka termasuk bentuk kesyirikan dan kekufuran.
عَنْ عَدِىِّ بْنِ حَاتِمٍ قَالَ أَتَيْتُ النَّبِىَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَفِى عُنُقِى صَلِيبٌ مِنْ ذَهَبٍ. فَقَالَ : يَا عَدِىُّ اطْرَحْ عَنْكَ هَذَا الْوَثَنَ. وَسَمِعْتُهُ يَقْرَأُ فِى سُورَةِ بَرَاءَةَ : اتَّخَذُوا أَحْبَارَهُمْ وَرُهْبَانَهُمْ أَرْبَابًا مِنْ دُونِ اللَّهِ. قَالَ: أَمَا إِنَّهُمْ لَمْ يَكُونُوا يَعْبُدُونَهُمْ وَلَكِنَّهُمْ كَانُوا إِذَا أَحَلُّوا لَهُمْ شَيْئًا اسْتَحَلُّوهُ وَإِذَا حَرَّمُوا عَلَيْهِمْ شَيْئًا حَرَّمُوهُ
Diriwayatkan dari ‘Adi bin Hâtim Radhiyallahu anhu, dia berkata, “Saya mendatangi Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam sementara di leherku ada salib yang terbuat dari emas. Beliau pun berkata, ‘Ya ‘Adi! Buanglah patung ini dari dirimu!’ Saya mendengar Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam membaca surat Barâ-ah (at-Taubat, yang artinya) : Mereka menjadikan orang-orang alimnya dan rahib-rahib mereka sebagai tuhan selain Allâh. Beliau pun berkata, “Sesungguhnya mereka tidak menyembah mereka, akan tetapi, jika mereka menghalalkan sesuatu maka para pengikutnya pun menghalalkannya. Apabila mereka mengharamkan sesuatu, maka para pengikutnya pun mengharamkannya.’.”[1]
– Dan (juga mereka mempertuhankan) al-Masîh putera Maryam. Tidak hanya menganggap bahwa Nabi ‘Isa (Yesus) sebagai anak Allâh, tetapi mereka juga menganggap bahwa Nabi ‘Isa Alaihissallam adalah Tuhan.
– Padahal mereka hanya disuruh beribadah kepada Tuhan Yang Esa. Tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia. Maha Suci Allâh dari apa yang mereka persekutukan.” [2]
Siapakah ‘Uzair Yang Dikatakan Oleh Orang-orang Yahudi Bahwa Dia Adalah Anak Allâh?
Pada ayat pertama di atas disebutkan bahwa orang-orang Yahudi mengatakan bahwa ‘Uzair adalah anak Allâh. Siapakah dia? Bagaimana kisahnya? Bagaimana mungkin dia bisa disebut sebagai anak Allâh? Insya Allâh penulis paparkan pada tulisan ini.
NAMA ‘UZAIR
Namanya adalah ‘Uzair (عُزَيْر), tetapi para Ulama sejarah berselisih pendapat siapa nama bapak beliau. Ada yang mengatakan: Jarwah, Sûrîq, Sarâyâ atau Sarûkh. Beliau berasal dari keturunan al-Lâwiyin. Beliau adalah keturunan Bani Israil.
Orang-orang Yahudi menyebutnya dengan nama ‘Izrâ (عزرا). Adapun penduduk Yahudi Madinah menyebutnya dengan ‘Uzair, karena penyebutan seperti itu lebih menunjukkan kecintaan mereka dalam penyebutan namanya atau penyebutan tersebut hanya penyerupaan dalam bahasa Arab.[3]
APAKAH BELIAU SEORANG NABI?
Ibnu ‘Abbâs Radhiyallahu anhuma mengatakan, “Saya tidak tahu apakah dia adalah seorang nabi atau bukan.”
Ibnu Katsîr rahimahullah mengatakan, “Yang masyhur, ‘Uzair adalah seorang Nabi dari Nabi-nabi Bani Israil. Beliau hidup di antara zaman Dawûd-Sulaimân dan zaman Zakariyâ-Yahyâ.”[4]
Allahu a’lam, dari kisah beliau yang akan disebutkan, keistimewaan yang dimiliki oleh ‘Uzair tidak mungkin hanya dimiliki oleh seorang shâlih biasa. Dan terdapat kabar yang masyhur dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam menyebutkan bahwa Bani Israil dipimpin oleh seorang Nabi di setiap zamannya. Ketika meninggal seorang Nabi, maka akan digantikan dengan Nabi yang lain.
إِنَّ بَنِي إِسْرَائِيلَ كَانَتْ تَسُوسُهُمْ أَنْبِيَاؤُهُمْ ، كُلَّمَا ذَهَبَ نَبِيٌّ خَلَفَ نَبِيٌّ
Sesungguhnya Bani Israil dulu dipimpin oleh para Nabi. Jika satu nabi meninggal, maka digantikan dengan nabi yang lain.[5]
KEISTIMEWAAN ‘UZAIR
Beliau hafal seluruh isi Taurat dimana pada saat itu tidak ada seorang pun yang menghafalnya. Beliau mengajarkannya kepada Bani Israil dan membimbing mereka dengan Taurat.
KAPAN BELIAU HIDUP DAN DIMANA?
Beliau hidup diperkirakan sekitar tahun 451 SM. Pada saat itu, Kursy (كورش) Raja Persia yang berada di Bâbil membebaskan para tawanan dari Bani Israil. Di antara tawanan tersebut adalah ‘Uzair.
Beliau diizinkan untuk kembali ke Yerusalem dan membangun Haikal (rumah ibadah orang Yahudi).[6]
KEHERANAN BANI ISRAIL TERHADAP ‘UZAIR
Ada banyak versi yang disebutkan Ulama tafsir dan sejarah tentang sejarah ‘Uzair menuliskan atau mendiktekan Taurat kepada Bani Israil dan bagaimana beliau bisa melakukan hal tersebut. Perbedaan ini terjadi karena tidak validnya sumber yang didapatkan dari kabar-kabar Bani Israil. Mereka menukil cerita tanpa sanad (jalur periwayatan). Berikut ini adalah beberapa versi tentang hal tersebut:
Versi 1: Dulu Ayah ‘Uzair yang bernama Sarûkh, telah mengubur Taurat di zaman penyerangan Bukhtu Nashshar di suatu tempat yang tidak diketahui oleh seorang pun kecuali ‘Uzair. Mereka dan ‘Uzair pun pergi ke tempat tersebut, kemudian mengeluarkan Taurat. Ternyata, Taurat tersebut rusak dan tidak bisa dibaca lagi. Kemudian mereka pun duduk di bawah pohon, kemudian mereka menulis ulang Taurat. Dan turunlah dari langit dua kilatan dan masuk ke dalam mulut ‘Uzair. Kemudian beliau pun mengingat Taurat dan memperbarui tulisannya Taurat. [7]
Versi 2: Ibnu ‘Abbâs Radhiyallahun anhuma berkata, “… Kemudian ‘Uzair berdoa kepada Allâh Azza wa Jalla dan bersungguh-sungguh dalam berdoa agar Allâh Azza wa Jalla mengembalikan hafalan yang telah dihilangkan dari dada-dada mereka. Ketika beliau shalat dengan khusyu’ kepada Allâh Azza wa Jalla , turunlah cahaya dari langit kemudian masuk ke dalam mulutnya. Kemudian Taurat kembali kepada beliau. Lalu beliau mengumumkan kepada kaumnya dan berkata, ‘Wahai kaumku! Sesungguhnya Allâh telah memberikan kepadaku Taurat dan telah mengembalikannya kepadaku… Kemudian mereka pun seperti itu sampai waktu yang dikehendaki Allâh Azza wa Jalla . Kemudian Tâbût diturunkan setelah beliau wafat. Ketika mereka melihat Tâbût dan ternyata Taurat yang diajarkan oleh ‘Uzair seperti yang tertera di dalam Tâbût tersebut.[8]
Versi 3: Uzair bertemu dengan seorang yang tua. Kemudian orang tua tersebut mengatakan, “Bukalah mulutmu!” Lalu orang tua tersebut melemparkan ke dalam mulutnya sesuatu seperti batu sebanyak tiga kali. ‘Uzair kembali kepada kaummnya dan dia menjadi orang yang paling berilmu tentang Taurat… Kemudian ‘Uzair menuliskan Taurat dengan tangannya. Ketika Bani Israil kembali dari peperangan dan para Ulama Bani Israil pun kembali, mereka pun menceritakan tentang ‘Uzair. Mereka pun mengeluarkan buku yang mereka simpan di gunung. Kemudian mereka membandingkannya. Ternyata yang mereka dapatkan adalah benar.[9]
Dan masih ada beberapa versi lainnya, akan tetapi, secara keseluruhan, dapat ditarik kesimpulan bahwa ‘Uzair memang dulunya adalah seorang penghafal Taurat. Setelah beliau diwafatkan kemudian dihidupkan kembali, beliau tidak mengingat seluruhnya, kemudian beliau meminta kepada Allâh agar hafalannya dikembalikan oleh Allâh Azza wa Jalla . Allâh Azza wa Jalla mengabulkan permohonannya dan mengembalikan hafalannya. Kemudian ditulislah Taurat dengan hafalan ‘Uzair. Setelah itu terjadi pembandingan hafalan ‘Uzair dengan kitab Taurat dan ternyata hafalan ‘Uzair sama persis dengan yang terdapat pada Taurat.
MENGAPA BELIAU DISEBUT SEBAGAI ANAK ALLAH?
Dengan berlalunya waktu, sebagian orang awam Yahudi terheran-heran dengan kisah ‘Uzair, bagaimana mungkin beliau dihidupkan setelah wafat selama 100 tahun dan bagaimana bisa dia menghafal seluruh isi Taurat tanpa salah sedikit pun. Nabi Musa pun tidak memiliki kemampuan seperti itu. Nabi Musa hanya diberikan Taurat yang telah ditulis dalam sebuah kitab dan mengajarkannya.
Mereka menyangka ini tidak mungkin terjadi jika ‘Uzair hanyalah sekedar seorang Nabi. Oleh karena itu, mereka mengatakan bahwa ‘Uzair adalah anak Allâh.
Sebenarnya tidak semua orang Yahudi menyatakan bahwa beliau adalah anak Allâh. Hanya sebagian aliran Yahudi saja yang mengatakannya. Akan tetapi, dikabarkan pada ayat ini seolah-olah ini adalah akidah Yahudi. Allâh Azza wa Jalla memutlakkan mereka dalam ayat ini karena aliran yang tidak mengatakan bahwa ‘Uzair adalah anak Allâh, berdiam diri dan tidak mengingkari hal tersebut.[10]
KESESATAN ORANG-ORANG YAHUDI DALAM MASALAH INI
Tentu saja akidah yang mengatakan bahwa Allâh Azza wa Jalla memiliki anak adalah akidah yang sangat sesat. Begitu pula akidah yang mengatakan bahwa semua agama sama.
Allâh Azza wa Jalla sendiri menyatakan dalam al-Qur’an bahwa Allâh tidak memiliki anak. Allâh Azza wa Jalla berfirman:
لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُولَدْ
Allâh tidak beranak dan tidak diperanakkan [Al-Ikhlâsh/112:3]
Allâh Azza wa Jalla sangat marah kepada orang-orang yang mengatakan bahwa Allâh Azza wa Jalla memiliki anak. Allâh Azza wa Jalla berfirman:
وَقَالُوا اتَّخَذَ الرَّحْمَٰنُ وَلَدًا ﴿٨٨﴾ لَقَدْ جِئْتُمْ شَيْئًا إِدًّا ﴿٨٩﴾ تَكَادُ السَّمَاوَاتُ يَتَفَطَّرْنَ مِنْهُ وَتَنْشَقُّ الْأَرْضُ وَتَخِرُّ الْجِبَالُ هَدًّا ﴿٩٠﴾ أَنْ دَعَوْا لِلرَّحْمَٰنِ وَلَدً ﴿٩١﴾ا وَمَا يَنْبَغِي لِلرَّحْمَٰنِ أَنْ يَتَّخِذَ وَلَدًا ﴿٩٢﴾ إِنْ كُلُّ مَنْ فِي السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ إِلَّا آتِي الرَّحْمَٰنِ عَبْدًا ﴿٩٣﴾ لَقَدْ أَحْصَاهُمْ وَعَدَّهُمْ عَدًّا ﴿٩٤﴾ وَكُلُّهُمْ آتِيهِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ فَرْدًا
Dan mereka berkata, “Tuhan yang Maha Pemurah mengambil (mempunyai) anak.” Sesungguhnya kalian telah mendatangkan sesuatu perkara yang sangat mungkar. Hampir-hampir langit pecah karena ucapan itu, bumi belah dan gunung-gunung runtuh. Karena mereka mendakwakan bahwa Allâh yang Maha Pemurah mempunyai anak. Dan tidak layak bagi Rabb yang Maha Pemurah mengambil (mempunyai) anak. Tidak ada seorang pun di langit dan di bumi, kecuali akan datang kepada Rabb yang Maha Pemurah sebagai seorang hamba. Sesungguhnya Allâh telah menentukan jumlah mereka dan menghitung mereka dengan hitungan yang teliti. Dan tiap-tiap mereka akan datang kepada Allâh pada hari kiamat dengan sendiri-sendiri. [Maryam/19:88-95]
Demikianlah beberapa penjelasan ringkas tentang ‘Uzair. Mudah-mudahan kita bisa menjadikannya sebagai pelajaran, sehingga kita tidak tersesat seperti Yahudi dan Nashrani.
Nabi Uzair As, Mati 100 TAHUN SERASA TIDUR SEMALAM
Reviewed by Unknown
on
Juni 22, 2017
Rating:
Tidak ada komentar: