Top Ad unit 728 × 90


Breaking News

random
[Payakumbuh][slide][FFFF00]

Di Sungai Geringging Tradisi 'Baralek Tagak Rumah' Mampu Ringankan Beban Masyarakat

NerSumbar.Com,- Di Kota masyarakat kurang mampu dimudahkan dapat rumah dengan program subsidi dari pemerintah. Sedangkan di daerah bagian utara terletak paling ujung di Kabupaten Padang Pariaman yaitu Kecamatan Sungai-Geringging memiliki kearifan lokal yang unik. Penduduk asli memiliki tradisi turun-temurun secara swadaya membangun rumah tempat tinggal. Tradisi unik tersebut disinyalir hanya ada di Kabupaten Padang Pariaman, tepatnya di Kecamatan Sungai Geringging, yakni 'baralek tagak rumah.'

'Baralek' asal katanya 'alek' merupakan bahasa Minang Kabau, berarti kenduri/ pesta, sedangkan 'tagak' maknanya ''tegak/diri" secara umum 'baralek tagak rumah' didefinisikan sebagai, "suatu kegiatan kenduri/ pesta yang tujuannya untuk menggalang dana agar pelaksanaan pembangunan mendirikan rumah bisa segera diwujudkan, kemudian sebagai bentuk pemberitahuan kepada masyarakat sekitar bahwa seseorang akan menempati rumah baru."

Proses Baralek Tagak Rumah

Biasanya baralek tagak rumah dimulai dari mufakat antara tuan rumah dengan ninik mamak setempat. Sebagai contoh, dalam keluarga A, memiliki menantu laki-laki yang sudah memiliki anak atau belum, kebetulan menantu A ini menetap di kampung atau dirantau. Ia berkeinginan membangun rumah di kampung untuk anak dan istrinya. Keinginan tersebut ia sampaikan pada istrinya, dan istrinya menyampaikan pada orang tuanya. Dan, orang tua akan menginformasikan pada mamak rumah untuk diteruskan kepada ninik mamak yang ada di kampung.

Bila menantu A memiliki banyak harta dan tidak atau membangun rumah di kampung, proses birokrasi di atas tidak perlu. Cukup sekedar pemberitahuan saja, lalu menantu A menggelontorkan dana hingga rumah selesai, serta mengundang karib-kerabat, baik melalui acara kenduri maupun dengan doa selamatan sebagai bentuk rasa syukur.

Manakala menantu A tidak memiliki cukup dana membangun rumah, tapi memiliki keinginan kuat untuk punya rumah, maka langkah birokrasi wajib ia tempuh. Musyawarah digelar dalam keluarga besar mertua perempuannya. Dicarikan solusi, untuk menentukan lokasi pendirian rumah, biasanya tertuju pada tanah pusaka. Penunjukkan berdasarkan kesepakatan ninik mamak. Pada umumnya di Kecamatan Sungai Geringging tanah tidak bersertifikat, kebanyakan tanah ulayat, terkecuali tanah dan bangunan yang ada di sekitaran pasar Sungai-Geringging. Jadi, penentuan lokasi bangunan harus disetujui oleh ninik mamak yang bersangkutan.

Setelah lokasi pendirian rumah telah disepakati oleh ninik mamak maka menantu A dipersilahkan mendirikan pondasi bangunan hingga tegaknya rangka dan dinding. Sampai disini, menantu A akan menyampaikan kepada mamak rumah, bahwa ia berkeinginan menyelenggarakan 'baralek tagak rumah.'

Kemudian rapat dan mufakat kembali diadakan oleh tuan rumah, cadiak pandai( tokoh) , Ninik mamak, Alim Ulama, Datuk suku dan pemuda serta masyarakat diundang untuk membicarakan itu. Biasanya rapat digelar selesai sholat isya. Dalam rapat, tuan rumah mengemukakan ' pokok padangnya' menyebutkan kemampuan dananya pada forum rapat. Hingga dapat suatu kesepakatan dan ditentukan pula hari 'Batagak kudo-kudo atau tagak pondok.'

Hari 'tagak pondok' ini maksudnya adalah satu minggu jelang hari 'H' pesta ( baralek tagak rumah) seluruh karib-kerabat, pemuda, ninik mamak, tokoh masyarakat, dan alim ulama dan seluruh undangan hadir gotong royong membersihkan sekitar bangunan (baca : rumah belum siap) yang akan dipestakan, serta mendirikan pondok, tempat duduk, dan mengatur cara penyambutan tamu. Semua kegiatan tersebut dikoordinir oleh ninik mamak setempat, sedangkan tuan rumah kapasitasnya sebagai penerima kebijakan, karena kegiatan tersebut diambil alih oleh ninik mamak.

Di kegiatan tersebut, ninik mamak sangat urgen perannya, ia memikirkan untung rugi dari kegiatan tersebut. Bila sang ninik mamak tidak 'berpadang luas dan beralam lapang' bisa saja segala permasalahan tidak tersolusikan. Kredibilitas pun dipertaruhkan, bila 'alek' yang akan dihelat satu minggu lagi gagal, maka menanggung malulah sang mamak. Sedangkan bila terealisasi, serta mendapatkan bantuan masyarakat, maka banggalah sang mamak. Ya, hanya suatu kebanggaan berhasil membantu mencarikan jalan keluar agar cucu dan keponakannya memiliki tempat tinggal yang layak.

Faktor dan kendala akan banyak dihadapi saat menjelang 'baralek tagak rumah' terutama sekali terkait keuangan. Sebab acara baralek/ kenduri pasti membutuhkan biaya besar untuk menghidangkan makanan dan minuman pada tamu, serta kebutuhan lainnya, sementara tuan rumah dan menantu A tidak lagi memiliki dana yang cukup karena uangnya sudah dibelanjakan untuk membangun pondasi awal pembangunan rumah.

Nah, ninik mamak di Sungai Geringging akan pasang badan, menjamin semua kebutuhan bahan pokok tersedia dengan cara apapun, baik berhutang di pasar atau pada donatur dengan catatan seusai baralek tagak rumah, semua utang dibayar lunas. Pada umumnya pedagang di Pasar Sungai Geringging memahami hal demikian, tanpa pikir panjang pasti akan menyuplai semua kebutuhan.

Mengundang semua lapisan masyarakat jelang baralek tagak rumah

Tuan rumah, menantu A dan ninik mamak akan mendatangi karib-kerabat, handai-taulan dan kenalan serta keluarga dekat maupun jauh, baik di ranah maupun di rantau, mengabarkan serta mengundang untuk hadir baralek tagak rumah sesuai jadwal yang tertera di undangan atau saat disampaikan secara lisan.

Di hari 'H' orang-orang yang di undang biasanya hadir dan membawa seng untuk atap rumah atau amplop berisi uang, serta di puncak 'alek' diadakan 'badoncek.' Badoncek adalah suatu kegiatan menggalang dana yang disiarkan pakai pengeras suara. Setiap yang hadir akan memberikan uang ( baca : uang panggilan) kepada tukang siar ( red: sorak) dan tukang sorak menyebutkan , "Ini uang panggilan dari si anu sebanyak sekian ribu." Lalu, uang tersebut dicatat dan dihitung oleh niniak mamak, tokoh masyarakat, alim ulama dan yang berkepentingan. Mereka duduk di atas tikar/ kasur dan membentuk posisi melingkar di bawah mimbar/ tirai.

Bila tuan rumah dan ninik mamak serta keluarga besar yang baralek tagak rumah ini memilik pergaulan luas, serta rajin hadir mengikuti baik buruk dikampuang serta ringan kaki pula memenuhi undangan 'baralek' maka ia akan menuai keuntungan luar biasa dari segi materi. Bahkan setelah acara badoncek usai, dan hasil yang terkumpul bisa saja melebihi target pembangunan. Maksudnya, jumlah seng yang di dapat bisa saja lebih dari kebutuhan, demikian pula uang hasil galangan saat badoncek, utang di pasar akan terlunasi dan sisanya bisa melanjutkan pembangunan rumah yang terbengkalai.

Mungkin pembaca tidak percaya bahwa, pasca 'badoncek' uang bisa terkumpul 50 juta hingga 100 juta. Bahkan lebih. Namun, sebaliknya bisa rugi, alek sepi dari tamu, karena undangan tidak datang. Penyebab utama undangan tidak datang adalah tuan rumah juga tercatat tidak pernah pula hadir ketika ada undangan dari orang lain, baik undangan baik maupun undangan buruk, seperti kematian. Sebagaimana pepatah Minang Kabau, " Kaba baiak bahimbauan, kaba buruak baambauan."

Bila 'alek' mengalami kerugian, misal pokok 'alek' tidak tertutupi, yang dimaksud pokok 'Alek' adalah utang-piutang di pasar maka ninik mamak dan urang sipangka (tuan rumah) menanggung beban. Ninik mamak akan mengeluarkan kebijakan mematok sesuai kemampuan masing-masing untuk melunasi utang alek, kebijakan tersebut diberlakukan pada keluarga besar terkait. Dan, pembangunan rumah akan jadi terhenti hingga menantu A memiliki anggaran lagi.

Kemungkinan terburuk di atas nyaris nihil terjadi, sebab sebelum "Alek batagak rumah" dimulai, segala sesuatunya telah dipertimbangkan dengan matang saat musyawarah jelang batagak pondok. Kemudian, bagi orang Sungai Geringging yang akan membangun rumah dengan cara swadaya ini, juga mengukur bayang-bayang, sadar diri bahwa bila ia jarang hadir saat diundang, maka ia tidak akan berani pula menyelenggarakan Alek Tagak rumah.

Budaya baralek tagak rumah ini masih eksis di kecamatan Sungai Geringging, dan bagi kalangan mampu atau orang Sungai Geringging yang membangun rumah di rantau telah mulai meninggalkan tradisi unik tersebut. Kearifan lokal demikian sangat membantu masyarakat setempat untuk mewujudkan cita-citanya memiliki rumah layak huni.( Anton Wijaya).
Di Sungai Geringging Tradisi 'Baralek Tagak Rumah' Mampu Ringankan Beban Masyarakat Reviewed by Unknown on Februari 01, 2017 Rating: 5

1 komentar:

  1. […]  Baca Juga : Di Sungai Geringging Tradisi ‘Baralek Tagak Rumah’ Mampu Ringankan Beban Masyarakat […]

    BalasHapus

All Rights Reserved by NerSumbar.Com © 2017 - 2018
Supported By Medianers, Designed by Sweetheme

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *

Diberdayakan oleh Blogger.