Top Ad unit 728 × 90


Breaking News

random
[Payakumbuh][slide][FFFF00]

FILOSOFI “ KATUPEK “ KATUIK DAN PAPEK

Ciloteh Tanpa Suara, NerSumbar.Com-- Ketupat tidak lepas dari perayaan Idul Fitri. Dalam perayaan Idul Fitri, tentunya di situ ada satu hal yang tidak pernah pisah dari perayaan Ketupat Lebaran. Ketupat atau katupek sangatlah identik dengan Hari Raya Idul Fitri. Buktinya saja di mana ada ucapan selamat Idul Fitri tertera gambar dua buah ketupat atau lebih. Apakah ketupat ini hanya sekedar pelengkap hari raya saja ataukah ada sesuatu makna di dalamnya?.

Di hari kedua lebaran Idul Fitri, sambil makan ketupat lebaran atau dalam bahasa minang “katupek”, Sutan Sampono menyela kepada saya “ lai tau, Saiful Guci makna yang tersimpan dibalik katupek yang kita makan ?” Tanya Sutan Sampono.

“ belum tau saya, tolong curaikanlah agak sedikit, supaya saya mengetahui filosofinya “ jawab saya.

“ Katupek, dalam bahasa minang berasal dari dua kata kata “Katuik”dan “Papek” .” jawab Sutan Sampono.

“ artinya apa mamak ?” tanya saya singkat.

“pertama , arti katuik atau bahasa Indonesianya adalah katup adalah menyimpan atau merahasiakan sesuatu ,  seperti kita menyimpan sesendok beras dalam sebuah ketupat apabila  direbus akan mengembang dan ketupat akan penuh terisi.

Begitulah kita dalam kehidupan ini, harus mampu “mangatuik” mengatup, menutup atau merahasiakan amalan baik kita . Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya Allah mencintai hamba yang bertakwa, hamba yang hatinya selalu merasa cukup dan yang suka mengasingkan diri.” Mengasingkan diri berarti amalannya pun sering tidak ditampakkan pada orang lain. Sembunyikanlah amalan kebaikanmu sebagaimana engkau menyembunyikan amalan kejelekanmu.” Ujar Sutan Sampono.

“ wah sangat sulit, dizaman informasi ini kita menyembunyikan amalan baik ini , mamak Sutan Sampono “ ujar saya.

“ yaa benar, banyak sekarang orang terang terangan meningformasikan kebaikannya berupa status di facebook, misalkan : menyumbang buat status, sedang di mesjid buat status, mau sholat juga buat status, baca Quran buat status , melakukan kotbah idul fitri juga dijadikan status. Tidak selayaknya orang-orang semisal kita menampakkan amalan sholih walaupun hanya sebesar dzarroh (semut kecil). Bagaimana lagi dengan amalan yang mudah terserang penyakit riya’?”

Imam Asy Syafi’i mengatakan, “Sudah sepatutnya bagi seorang alim memiliki amalan rahasia yang tersembunyi, hanya Allah dan dirinya saja yang mengetahuinya. Karena segala sesuatu yang ditampakkan di hadapan manusia akan sedikit sekali manfaatnya di akhirat kelak.” Ulas Sutan Sampono.

“ iyo barek, kajian mamak kini “ tukas saya.

“ sebagai anak minang, yang mempunyai kepribadian Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah, tidaklah berat. Setiap amalan yang tersembunyi itu lebih baik. Akan tetapi amalan tersebut kadang boleh ditampakkan jika ada faedah atau untuk menjadi uswah (teladan).” Ujar Sutan sampono.

“ semoga kita dapat “ mangatuik” doso kita yang telah diperbuat dan tidak akan mengulang lagi setelah Idul Fitri ini, begitukan mamak” ujar saya.

“ begitulah selayaknya, untuk maksiat sudah sepatutnya untuk disembunyikan.Kita diperintahkan untuk menutup maksiat yang kita lakukan dan tidak perlu membuka kejelekan-kejelekan diri kita. Disebutkan dalam hadits,“Jauhilah dosa yang telah Allah larang. Siapa saja yang telah terlajur melakukan dosa  tersebut, maka tutuplah rapat-rapat dengan apa yang telah Allah tutupi.”Jadi menutup dosa dan maksiat adalah wajib. Lihat saja katupek” Terang Sutan Sampono.

“ bagaimana dengan papek, mamak ?” Tanya saya lagi.

“ arti papek adalah rata, suatu gambaran terhadap bagaimana berkata kata di minang yang harus mengemukanan perkataan yang keluar dari mulut sangat sopan, manis. Dalam bicara harus dipakai harus dipakai adat sopan santun

Seperti ketupat dengan empat persegi, mengambarkan orang minang harus tau dinan ampek . Ada empat macam kata-kata untuk menyampaikan perundingan. Ada namanya “kato mandaki”, dari bawah ka ateh, artinya dari anak-anak ke orang tua, dari kamanakan ke mamak yang semstinya memakai cara-cara sopan santun.

Ada namanya “ kato malereang” yang penuh berisi “kieh jo bandiang,berisi petunjuk pangaja” bisanya dipakai dalam pembicaraan anatara orang arif bijaksana. Buah tutua nyo panuah baisi hikmah pangaja.Kadang-kadang batingkah jo pituah jo papatah.Aluih tasamek di dalam bana, ta latak di dalam hati, sajuak di kiro-kiro.

Ada namanya “kato mandata”, kata berjawab gayung bersambut , perkataan sama besar. Ada kalanya berisi galuik jo garah, paningkah lamaknya dalam pagaulan. Tidak menyingngung perasaan orang lain.

Ada namanya “ kata menurun’. Dari  orang yang dewasa ke yang masih kecil, berisi nasehat dengan pituah serta petunjuk yang dapat pedoman bagi yang masih kecil.

Ada pantangan orang minang dalam berkata kata yang perlu diingat . Pertama adalah : Papek di lua pancuang di dalam (Perkataan yang keluar dari mulut sangat sopan, manis. Akan tetapi di dalam hati memiliki rencana yang busuk). Kedua adalah : Papek dilua runciang di dalam, talujuak luruih kalingkiang bakaik ( sifat yang sangat tercela, mulut manis tetapi hati jahat dan berbisa.” terang Sutan sampono.

“ wah banyak pengajaran yang saya peroleh dari mamak Sutan Sampono di Idul Fitri ini “ ujar saya

“ yang penting mari kita kubur/tutup yang rapat setelah kita merenungi segala kesalahan kita dan setelah meminta maaf, menutup kesalahan yang sudah dimaafkan, jangan diulang lagi, agar persaudaraan semakin erat seperti beras dalam ketupat yang bisa menyatu” ujar Sutan Sampono.

“ marilah kita ucapkan “taqabbalallahu minna waminkum“(semoga Allah menerima amalan aku dan kamu)

Pulutan- Saiful Guci
FILOSOFI “ KATUPEK “ KATUIK DAN PAPEK Reviewed by Unknown on Juni 27, 2017 Rating: 5

Tidak ada komentar:

All Rights Reserved by NerSumbar.Com © 2017 - 2018
Supported By Medianers, Designed by Sweetheme

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *

Diberdayakan oleh Blogger.