MESJID BAITUL HIKMAH KEWEDANAN SULIKI 1933 DENGAN PONDOK AL QUR’ANNYA
NerSumbar.Com, Payakumbuh--. Menelusuri sejarah mesjid tua, bukanlah hal yang mudah, kita akan menemui berbagai tantangan dan rintangan, seperti tidak lagi kita jumpai tokoh tua yang mengetahui peersis sejarah tersebut, kalaupun mereka masih hidup, pasti kita akan menemui kekurangan yang mereka miliki, karena sudah lansia teradang pendengaran dan ingatan mereka mulai berkurang.
Seperti yang kita alami saat penelusuran sejarah mesjid kewedanan Suliki yang sekarang bernama Mesjid baitul Hikmah. Mesjid yang berdiri diatas tanah wakaf H, Abdur Rauf (alm) dengan ahliwarisnya Rohana (1928) dengan saksi Djasin dan Markani. Struktur tanah mesjid yang tidak persegi ini memiliki panjang 35 x 20 m dan lebar 20 x 15 m, terletak di daerah Bunian Kelurahan Kapalo Koto Dibalai Kec. Payakumbuh Utara Kota Payakumbuh. Dan di samping mesjid ini ada makam pemilik tanah, namun tanah tersebut di luar surat ikrar wakaf.
Menurut Sekretaris mesjid H. Damirusdi (60), Mesjid Suliki atau Baitul Hikmah dulunya adalah sebuah surau tempat perhimpunan kewedanan warga Suliki awalnya bernama Persatuan Anak daerah Suliki (PADS-13 September 1933), yang berdagang dan bersekolah rakyat di Payakumbuh. Warga Suliki yang berdagang ke Pasar Syarikat Payakumbuh, datang menggunakan sepeda dan pedati, dan berhimpun dulu di surau ini, baik sebelum dan sesudah berdagang. Saat itu Payakumbuh masih wilayah hukum Kab. 50 Kota, sehingga daerah Bunian masih Jorong dengan kepala jorongnya Nurmaas. Surau Suliki dibangun sekitar tahun 1933. Kewedanan Suliki terdiri dari Suliki, Gunuang Omeh, Guguk, Bukuk Barisan dan Mungka, pada tanggal 30 Desember 1970 di ubah menjadi Persatuan Warga Kewedanan Suliki (PWKS).
Ditambahkan ketua pengurus Mesjid Baitul Hikmah H. Muhammad Anis, S,Pd, pada tahun 1970 surau Suliki diubah menjadi Mesjid Baitul Hikmah dengan guru saat itu buya H. Abdul Ghani. Mesjid ini dulunya adalah tempat berhimpunnya toke dan penjual kulit manis, cengkeh, pala, gadam munggu, kopi dan rempah-rempah lainnya.
“Di tahun tersebut, mesjid ini dibangun para tukang dengan struktur Tampa Tiang Tengah, sehingga mesjid ini dikenal dengan mesjid tampa tiang penyangga di Payakumbuh. Dan setelah gempa dahsyat tahun 2009 yang meluluh lantakkan banyak bangunan, dan mesjid ini tidak mengalami kerusakan. Kemudian pengurus memutuskan untuk membuat 4 tiang penyangga sebagai antisipasi. Namun, sejarah mesjid ini tidak kita ketahui secara pasti, kalaupun ada surat dukumentasi dengan tulisan ejaan lama, namun disana tidak tertera kapan pastinya mesjid ini dibangun dan izinnya tahun berapa, termasuk sertifikat wakafnya juga belum kita miliki, dan saat ini kita akan melakukan rehab atap mesjid, dan sedang pencarian dan pengumpulan wakaf, infak dan sumbangan dari donator. Kita juga telah melakukan pengembangan dengan pendirian Pondok Al Qur’an Baitul Hikmah dengan santri sekitar 53 orang dan diajar oleh 4 orang guru hafidz, serta mesjid ini sudah memiliki imam tetap” ungkap Anis.
Betapa pentingnya nilai sebuah sejarah, termasuk pengurus mesjid sudah tidak mengetahui, “sudah kepengurusan ke berapa mereka menjabat kepengurusan, mereka tidak tau.ul
Seperti yang kita alami saat penelusuran sejarah mesjid kewedanan Suliki yang sekarang bernama Mesjid baitul Hikmah. Mesjid yang berdiri diatas tanah wakaf H, Abdur Rauf (alm) dengan ahliwarisnya Rohana (1928) dengan saksi Djasin dan Markani. Struktur tanah mesjid yang tidak persegi ini memiliki panjang 35 x 20 m dan lebar 20 x 15 m, terletak di daerah Bunian Kelurahan Kapalo Koto Dibalai Kec. Payakumbuh Utara Kota Payakumbuh. Dan di samping mesjid ini ada makam pemilik tanah, namun tanah tersebut di luar surat ikrar wakaf.
Menurut Sekretaris mesjid H. Damirusdi (60), Mesjid Suliki atau Baitul Hikmah dulunya adalah sebuah surau tempat perhimpunan kewedanan warga Suliki awalnya bernama Persatuan Anak daerah Suliki (PADS-13 September 1933), yang berdagang dan bersekolah rakyat di Payakumbuh. Warga Suliki yang berdagang ke Pasar Syarikat Payakumbuh, datang menggunakan sepeda dan pedati, dan berhimpun dulu di surau ini, baik sebelum dan sesudah berdagang. Saat itu Payakumbuh masih wilayah hukum Kab. 50 Kota, sehingga daerah Bunian masih Jorong dengan kepala jorongnya Nurmaas. Surau Suliki dibangun sekitar tahun 1933. Kewedanan Suliki terdiri dari Suliki, Gunuang Omeh, Guguk, Bukuk Barisan dan Mungka, pada tanggal 30 Desember 1970 di ubah menjadi Persatuan Warga Kewedanan Suliki (PWKS).
Ditambahkan ketua pengurus Mesjid Baitul Hikmah H. Muhammad Anis, S,Pd, pada tahun 1970 surau Suliki diubah menjadi Mesjid Baitul Hikmah dengan guru saat itu buya H. Abdul Ghani. Mesjid ini dulunya adalah tempat berhimpunnya toke dan penjual kulit manis, cengkeh, pala, gadam munggu, kopi dan rempah-rempah lainnya.
“Di tahun tersebut, mesjid ini dibangun para tukang dengan struktur Tampa Tiang Tengah, sehingga mesjid ini dikenal dengan mesjid tampa tiang penyangga di Payakumbuh. Dan setelah gempa dahsyat tahun 2009 yang meluluh lantakkan banyak bangunan, dan mesjid ini tidak mengalami kerusakan. Kemudian pengurus memutuskan untuk membuat 4 tiang penyangga sebagai antisipasi. Namun, sejarah mesjid ini tidak kita ketahui secara pasti, kalaupun ada surat dukumentasi dengan tulisan ejaan lama, namun disana tidak tertera kapan pastinya mesjid ini dibangun dan izinnya tahun berapa, termasuk sertifikat wakafnya juga belum kita miliki, dan saat ini kita akan melakukan rehab atap mesjid, dan sedang pencarian dan pengumpulan wakaf, infak dan sumbangan dari donator. Kita juga telah melakukan pengembangan dengan pendirian Pondok Al Qur’an Baitul Hikmah dengan santri sekitar 53 orang dan diajar oleh 4 orang guru hafidz, serta mesjid ini sudah memiliki imam tetap” ungkap Anis.
Betapa pentingnya nilai sebuah sejarah, termasuk pengurus mesjid sudah tidak mengetahui, “sudah kepengurusan ke berapa mereka menjabat kepengurusan, mereka tidak tau.ul
MESJID BAITUL HIKMAH KEWEDANAN SULIKI 1933 DENGAN PONDOK AL QUR’ANNYA
Reviewed by Unknown
on
Mei 11, 2017
Rating:

Tidak ada komentar: